Dalam beberapa sektor, sodium silicate atau biasa dikenal sebagai waterglass sangat dibutuhkan keberadaannya. Sudah tentu karena sodium silicate mengandung silika dan natrium oksida (soda ash) yang sangat berguna manfaatnya.
Sodium silicate ini umumnya berbentuk bubuk (powder) dan cair (liquid). Sektor industri, pertanian, dan manufaktur menjadi yang paling membutuhkan keberadaan benda satu ini. Kenapa sodium silicate ini dibutuhkan hingga sektor pertanian dan manufaktur?
Jawabannya ada pada rasio silika dan natrium oksida saat dileburkan. Bila untuk sektor manufaktur misalnya, rasio perbandingan lebih besar silika sekian persen dibanding natrium oksida, maka rasio yang dibutuhkan oleh sektor pertanian untuk bisa menggunakan sodium silicate ini berbeda.
Beberapa fungsi sodium silicate seperti di bawah ini:
Perekat
Agar bisa digunakan sebagai perekat, sodium silicate yang digunakan harus dalam bentuk cair. Beberapa hal yang memerlukan sodium silicate sebagai perekat seperti drum serat, tisu toilet, laminating karton, dan angleboard.
Bagi industri manufaktur, sodium silicate lebih dipilih sebagai perekat karena harganya yang relatif lebih murah, tidak beracun, dan ramah lingkungan.
Silica Gel
Sesuai dengan namanya, sodium silicate merupakan salah satu bahan baku yang digunakan dalam pembuatan silica gel sintetis. Silica gel adalah dessicant efektif yang berguna untuk menjaga kelembapan pada sebuah ruangan.
Dan jangan tertipu dengan namanya. Silica gel tak berbentuk seperti gel, melainkan kristal keras berbentuk tidak beraturan. Silica gel ini bersifat mikropor yang memungkinkan zat untuk menarik dan menjebak kelembapan.
Keramik
Produsen keramik biasanya menggunakan sodium silicate sebagai deflocculant, yang merupakan zat penipisan. Senyawa ini ditambahkan ke slip untuk dapat mencegah pengendapan partikel tanah liat, mengurangi jumlah air yang ada dalam slip sehingga cetakan tak cepat jenuh.
Sebab banyaknya fungsi dan manfaat sodium silicate, tak heran kalau permintaannya cukup tinggi di Indonesia. Tapi, sayangnya, tingginya permintaan masih belum dapat dipenuhi oleh minimnya dapur produksi para produsen sodium silicate. Itu bisa dilihat dari rata-rata produksi silicate per hari yang tak sampai 10 ton. Ujung-ujungnya permintaan tak semuanya terpenuhi sehingga konsumen terpaksa mengimpor yang berdampak pada besarnya biaya.
Untuk itulah PT Indo Chemica Lestari (ICL) hadir di tengah-tengah tingginya kebutuhan sodium silicate. ICL bukan hanya menawarkan dapur produksi yang besar hingga mampu memproduksi 100 ton per hari, tetapi juga menawarkan kualitas sodium silicate yang lebih baik.
Apa yang membuat ICL bisa menjamin semua itu?
- Memiliki tambang pasir sendiri
Sebagaimana bahan utama sodium silicate adalah pasir silika, maka memiliki tambang pasir silika merupakan keharusan bagi produsen sodium silica. ICL sudah memilikinya di Samarinda, Kalimantan Timur.
Dengan begitu ICL dapat menjamin dapat memenuhi tingginya permintaan sodium silicate. Bahkan sekalipun peminatnya berasal dari luar negeri. Belum lagi soal harga yang dapat bersaing.
- Kandungan silika yang tinggi
Bicara soal kualitas, tambang pasir yang dimiliki ICL di Samarinda memuat kandungan silika yang sangat tinggi, yakni sekitar 99,7%.
- Mampu memproduski 100 ton per hari
Produsen sodium silicate di Indonesia memang bisa dibilang banyak dan tersebar di beberapa wilayah. Tapi, tak sedikit yang baru skala home industry. Atau sekalipun sudah dalam bentuk pabrik tapi tak mampu memproduksi banyak. Karena itu jangan heran bila konsumen mendapatkan ketidakpastiaan akan jumlah produksinya.
Namun berbeda dengan ICL yang memiliki dapur produksi dengan kapasitas besar. Saat ini, pabrik produksi ICL di Samarinda mampu menghasilkan 100 ton sodium silicate per hari. Sehingga ketersediaan produk dijamin aman seberapa pun tingginya permintaan di Indonesia. Tentu ini menjadi yang tertinggi di Indonesia.
- Kualitas yang Terbaik
Sebagus dan semurni apa pun kandungan silika pada bahan baku, tetap saja akan berkurang kualitasnya bila dalam proses produksinya masih terpapar oleh kotoran bahan bakar yang digunakan.
Seperti yang diketahui, umumnya produksi sodium silicate dimulai dari peleburan pasir silika dan soda ash, kemudian dipanaskan pada tempratur 1300 derajat celcius menggunakan uap dari batu bara. Tanpa disadari, batu bara yang digunakan untuk memanaskan itu mengeluarkan asap dan partikel yang dapat memapar pasir silika dan soda ash dalam proses peleburan. Sehingga kualitas sodium silicate pun nantinya tak akan bagus.
Itulah kenapa sodium silicate umumnya terlihat lebih kusam.
Sementara berbeda dengan ICL yang melakukan treatment lebih dulu pada bahan bakar yang digunakan. ICL menyuling uap atau gas yang dihasilkan dari bahan bakar hingga bersih pada sebuah wadah lebih dulu, sebelum kemudian uap panasnya digunakan untuk meleburkan pasir silika dan soda ash, sehingga kualitas silika yang memiliki kemurnian hingga 99,7% tetap terjaga.
Alhasil sodium silicate yang dihasilkan ICL akan terlihat lebih jernih daripada sodium silicate yang ada di pasaran. Sama seperti semen putih dan abu-abu yang berbeda kualitas karena berbeda juga treatment-nya, sodium silicate pun seperti itu.
Selain itu, di ICL konsumen bebas menentukan rasio silika dan soda ash yang diminta agar sesuai dengan kebutuhan.
Pada intinya, ICL merupakan mitra terbaik untuk kepercayaan Anda dalam meproduksi sodium silicate yang Anda butuhkan. Tanpa harus dipusingkan berbagai regulasi dan besarnya biaya impor, keterbatasan produksi, dan kurangnya kualitas sodium silicate yang diterima, ICL telah menawarkan berbagai solusi yang Anda butuhkan.